- Peningkatan Kualitas Kayu Hasil Pemuliaan
- BP2TSTH Berbagi Pengalaman Sebagai Instansi Berpredikat Zona Integritas ke Satker Ditjen KSDAE
- Kolaborasi Satker BLI di Sumatera pada Prinas 2021
- Diskusikan Teknis Penanaman Massal, PWI Kampar Sambangi BP2TSTH
- Perkuat Arahan Kebijakan, Wawako dan Komisi II DPRD Kota Sawahlunto Kunjungi BP2TSTH Kuok
- Potensi Pemanfaatan Sinar Ultraviolet-C untuk Menjaga Kualitas Teh Daun Kelor
- Proposal Kemitraan Berbasis Masyarakat BP2TSTH - CSR PLN Riau Masuki Tahap Pembahasan Teknis
- Pengusaha Madu Pekanbaru Tertarik Gunakan Test Kit Madu BP2TSTH Kuok
- Inovasi Pellet Benih dari Limbah Serasah untuk Mendukung Program RHL
- Bikin Sendiri Fungisida Nabati
Bikin Sendiri Fungisida Nabati
Berita Populer
- PENELITI BP2TSTH LAKUKAN PENELITIAN UJI KETAHANAN GERONGGANG TERHADAP GENANGAN
- berita tambah
- KHDTK Kepau Jaya
- POTENSI BUDIDAYA LEBAH PENGHASIL MADU DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, RIAU
- sadwfa
Berita Terkait
- Potensi Kayu Alam sebagai Sumber Daya Baru Penghasil Pulp0
- Sabun Wajah Alami Berbahan Propolis dan Daun Kelor0
- Kuok Raih Penghargaan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK)0
- Konservasi Genetik, Budidaya dan Potensi Cemara Sumatera si Tumbuhan Obat0
- Pemangku Kepentingan Bicara Keanekaragaman Hayati di Sumbar Sekitarnya0
Fungisida nabati merupakan racun atau senyawa dari alam yang digunakan untuk mengendalikan jamur. Dengan bahan dasar nabati, fungisida ini relatif aman bagi lingkungan, tidak mencemari lingkungan, mudah terurai sehingga tidak menimbulkan residu berlebihan. Selain beberapa nilai positif tersebut, fungisida nabati menggunakan bahan dasar yang mudah ditemukan, proses pembuatannya pun mudah dengan biaya yang murah.
Rimpang kunyit (Curcuma longa), daun mindi (Melia azedarach), dan daun sirih (Piper betle) adalah beberapa bahan yang dapat diolah untuk menghasilkan fungisida nabati. Ketiga bahan tersebut memiliki bahan aktif yang berfungsi sebagai pengendali jamur yang menyerang tanaman.
Tanaman kunyit mengandung senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan seskuiterpen. Senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur (Nurhayati, dkk., 2013 dalam Budiyanto, 2018). Tanaman mindi dan tanaman sirih mengandung senyawa kimia seperti minyak atsiri, yang dapat berperan sebagai antibakteri dan antifungi (Kalema dan Kunica, 2013 dalam Sekarsari, dkk., 2013).
Untuk menghasilkan fungisida nabati, bahan-bahan alami tersebut dihaluskan dengan cara diparut atau dicincang. Metode yang digunakan bisa dengan perendaman atau perebusan. Untuk membantu pelekatan bahan alami dengan air ditambahkan sabun cair cuci piring sebagai emulsi.
Untuk metode perendaman, 100 gram bahan alami, 1 liter air dan bahan pengemulsi dicampur dan didiamkan selama 24 jam sebelum diaplikasikan ke tanaman. Untuk metode perebusan, 100 gram bahan alami direbus dalam 1 liter air hingga mendidih dan menyisakan ¾ air dari volume awal. Kemudian ekstrak ini disaring dan ditambahkan sabun cuci piring sebagai emulsi. Setelah itu fungisida ini didiamkan selama 24 jam sebelum diaplikasikan ke tanaman.
Percobaan penggunaan fungisida nabati pada benih kelor yang media tanamnya diserang jamur menunjukkan bahwa jumlah benih yang berkecambah lebih banyak dengan perlakuan fungisida nabati metode perebusan. Bahan alami kunyit dapat menekan pertumbuhan jamur pada media tanam lebih baik dari pada daun sirih dan mindi.
Selain untuk menghambat pertumbuhan jamur, fungisida nabati dapat juga berfungsi sebagai pupuk cair bagi tanaman. Dengan menggunakan fungisida nabati, beberapa manfaat didapat sekaligus yaitu murah, mudah dibuat, aman dan ramah lingkungan.*** Syofia Rahmayanti & Ajibata Alam