- Lagi, BP2TSTH Kuok Raih Penghargaan Tata Kelola Keuangan Terbaik
- Langkah BP2TSTH Lawan Pandemi: Sosialisasi Vaksinasi dan Pemeriksaan Dini
- Raih Predikat WBK, BP2TSTH Kuok Menjadi Rujukan BPKH XIX Pekanbaru
- Litbang Kuok Berkontribusi Dalam Pencanangan Kampung Taxus di Sumbar
- Jendela Hutan Arboretum Kuok
- Mewujudkan Agroforestry Geronggang di Lahan Gambut Terdegradasi Riau
- BP2TSTH SELENGGARAKAN PEMBAHASAN ROPt Tahun 2021
- Pemanfaatan Limbah Lignoselulosa sebagai Sumber Energi Terbarukan
- Peningkatan Kualitas Kayu Hasil Pemuliaan
- BP2TSTH Berbagi Pengalaman Sebagai Instansi Berpredikat Zona Integritas ke Satker Ditjen KSDAE
Peningkatan Kualitas Kayu Hasil Pemuliaan
Berita Populer
- PENELITI BP2TSTH LAKUKAN PENELITIAN UJI KETAHANAN GERONGGANG TERHADAP GENANGAN
- berita tambah
- KHDTK Kepau Jaya
- POTENSI BUDIDAYA LEBAH PENGHASIL MADU DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, RIAU
- sadwfa
Berita Terkait
- BP2TSTH Berbagi Pengalaman Sebagai Instansi Berpredikat Zona Integritas ke Satker Ditjen KSDAE0
- Kolaborasi Satker BLI di Sumatera pada Prinas 20210
- Diskusikan Teknis Penanaman Massal, PWI Kampar Sambangi BP2TSTH0
- Perkuat Arahan Kebijakan, Wawako dan Komisi II DPRD Kota Sawahlunto Kunjungi BP2TSTH Kuok0
- Potensi Pemanfaatan Sinar Ultraviolet-C untuk Menjaga Kualitas Teh Daun Kelor0
Pemuliaan tanaman dilakukan untuk menyediakan benih unggul sesuai dengan target penggunaan akhir di industri hilir. Benih unggul dihasilkan secara genetik melalui sistem seleksi berulang berdasarkan fenotip individu dengan nilai terbaik. Salah satu tujuan kegiatan pemuliaan yaitu upaya peningkatan produktivitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta toleransi terhadap cekaman lingkungan.
Pemuliaan atau seleksi genetik pohon merupakan langkah yang efektif untuk mendapatkan kayu berkualitas. Pemilihannya sendiri berdasarkan indikator seperti berat jenis, kerapatan, dan panjang serat. Pemilihan pohon berdasarkan sifat fisik dan sifat kimia kayu tersebut memiliki keutamaan karena pada dasarnya karakteristik kayu akan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik.
Kebutuhan industri hasil hutan semakin meningkat namun tidak sejalan dengan kondisi hutan yang terus mengalami pengurangan kuantitas dan kualitasnya. Kebutuhan bahan baku kayu saat ini terpenuhi melalui Hutan Tanaman Industri (HTI). HTI di Indonesia didominasi oleh pohon akasia, jati, mahoni, sengon, dan ekaliptus. Produktivitas yang dihasilkan oleh HTI belum optimal dalam mencukupi kebutuhan bahan baku industri hilir kehutanan itu sendiri.
Program pemuliaan tanaman pada setiap jenis yang menjadi objek merupakan upaya untuk memenuhi tuntutan industri. Pemuliaan pohon yang dilakukan oleh berbagai pusat penelitian dan pengembangan ditujukan untuk menghasilkan spesies-spesies baru dengan berbagai keunggulan. Tanaman dari hasil pemuliaan tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat, berbatang lurus, dan adaptif di berbagai kondisi tempat tumbuh. Disamping keunggulan dari karakteristik pertumbuhannya terdapat pula kelemahan pada kualitas kayu yang dihasilkan.
Peningkatan kualitas kayu telah banyak dilakukan dengan berbagai teknologi dan inovasi. Salah satu metodenya melalui modifikasi suhu, yaitu pemanasan kayu dengan suhu tinggi guna meningkatkan kualitas warna, keawetan, dan stabilitas kayu. Keseragaman warna antara kayu gubal dan kayu teras menjadi salah satu tujuan penting dalam metode pemanasan. Metode ini menggunakan oven yang memanaskan kayu pada suhu 150-240 ℃ dengan lama waktu yang disesuaikan pada tujuan akhir.
Secara umum, kayu yang dihasilkan setelah pemanasan memiliki kadar air rendah, kembang susut kayu menurun dan warna yang lebih bervariasi antara cokelat hingga hitam. Dengan tampilan warna cokelat hingga cokelat gelap, kayu yang diberi perlakuan panas dapat menjadi pengganti beberapa kayu keras tropis yang sudah langka. Semakin tinggi suhu pemanasan maka perubahan warna kayu juga akan semakin meningkat.
Selain perubahan warna, perlakuan panas juga memberikan perubahan pada sifat fisika dan mekanika kayu. Pada kayu jati hutan tanaman di Negara Costa Rika yang diberi perlakuan panas menghasilkan peningkatan nilai stabilitas dimensi dan penurunan higroskopisitas. Komponen kimia kayu (lignin, hemiselulosa, selulosa, dan ekstraktif) akan mengalami penguraian rantai senyawa. Penguraian senyawa akan menyebabkan kehilangan beberapa senyawa yang mudah menguap, peningkatan konsentrasi senyawa, dan juga akan muncul senyawa baru.
Selanjutnya, keawetan alami kayu merupakan sifat terpenting dari bahan-bahan berkayu. Perlakuan panas kayu sebagai teknik pengawetan kayu yang ramah lingkungan untuk melawan organisme perusak kayu. Metode perlakuan panas pada kayu cocok diterapkan pada kayu komersil dengan daya tahan yang rendah. Perlakuan panas pada kayu tidak secara signifikan meningkatkan ketahanan kayu terhadap kerusakan/kebusukan saat kayu kontak dengan tanah.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menjelaskan penuruan kadar air setelah perlakuan panas menjadikan kayu lebih tahan terhadap pelapukan alami. Hal ini terkait dengan perubahan struktur kayu yang bersifat hidrofilik dan mudah hancur menjadi molekul hidrofobik. Selain itu, metode pemanasan kayu juga memiliki kekurangan seperti menurunkan sifat mekanika kayu (tidak cocok untuk kontruksi), meskipun sifat-sifat yang dihasilkan setelah proses pemanasan juga tergantung pada jenis kayu, lama waktu pemanasan, dan suhu yang digunakan.
Metode pemanasan pada kayu yang sudah dikomersilkan menjadi upaya alternatif oleh industri kayu guna meningkatkan kualitas kayu hasil pemuliaan sesuai dengan tujuan penggunaan akhirnya.